METODE
PENGAJARAN ICT
(Information
Communication and Technology)
Nama dosen :
Resyi A Gani, S.Kom
Disusun oleh:
Ema Septiyani
0361 11 099
Emmaseptiyani.blogspot.com
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2012
YAYASAN PAKUAN SILIWANGI
Universitas Pakuan
Jalan Pakuan Kotak Pos 452 Telp.(0251) 8380 141 Bogor
PENGUMUMAN
Nomor : 063 / BAAK — UP / VII / 2012
HER-REGISTRASI DAN PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL 2012/2013
Sesuia dengan Kalender Akademik Universitas Pakuan Tahun Akademik
2012/2013, DIBERITAHUKAN bahwa Her-Registrasi ( Pembayaran SPP dan DKK )
mulai:
TANGGAL 06 AGUSTUS s.d 07 SEPTEMBER 2012
Keterlambatan melaksanakan kewajiban Her-Registrasi ( Pembayaran SPP dan
DKK ) dari waktu yang telah ditentukan dikenakan denda RP. 50.000,- (Lima uluh
ribu rupiah) sesuai dengan SK Rektor Nomor : 006/KEP/REK/I/2009.
Adapun
tempat-tempat pembayaran:
- PROGRAM S-1 DI BANK MANDIRI DENGAN NOMOR REKENING
133.0081000028.
- PROGRAM D-3 EKONOMI DI BANK BCA DENGAN NOMOR REKENING
6270047554.
- PROGRAM D-3 FMIPA DI BANK MANDIRI DENGAN NOMOR
REKENING 133.0005384292.
Prosedur daftar
ulang sebagai berikut:
1. Mahasiswa
langsung datang ke BANK untuk membayar SPP dan DKK yang besarnya pembayaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Bagi mahasiswa
yang namanya tidak tercantum di BANK mandiri segera menghubungi BAAK.
3. Menyerahkan
kwitansi pembayaran SPP dan DKK (asli dan fotocopy 1 lembar) untuk di cap
Her-Registrasi.
Permohonan/pelaksanaan
Ijin Cuti Kuliah dapat dilayani dengan tenggang waktu tanggal 06 Agustus
s/d 27 September 2012, dengan prosedur
membawa Surat Pengantar dari Fakultas, membayar biaya cuti sebesar RP.
100.000,- di BANK dan proses Surat Ijin Cuti di BAAK.
Pelayanan
permohonan surat-surat keterangan akademik, seperti keterangan masih/pernah
kuliah untuk keperluan lembaga/instansi lain, dilayani di BAAk kecuali transkip
akademik/nilai, keterangan untuk penelitian dalam rangka penyusunan skripsi,
pelayanannya melalui Fakultas.
Demikian untuk
diketahui dan mendapatkan perhatian.
Bogor, Juli 2012
A.n Rektor
Pembantu Rektor I
Ub. Kepala Biro Administrasi Akademik
dan Kemahasiswaan
HARI MUHARAM, SE., MM
TEMBUSAN:
1. Yth. Ketua Up. Bendahara YPS
2. Yth. Para Dekan Fakultas
3. Yth. Kepala BAUm
4. Yth. Kepala Kantor Cabang BANK Mandiri di Bogor
DAFTAR
ISI
LAPORAN
PENGUMUMAN...............
1
DAFTAR
ISI..........................................
2
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang......................................
3
B.
Rumusan
Masalah.................................
5
C.
Tujuan....................................................
5
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Mengapa Menggunakan ICT ?...................................................
6
B.
Bagaimana Karakteristik Materi
Berbasis ICT ?.......................
6
C. Bagaimana Cara Mengolah Materi yang Disajikan dengan Berbasis ICT?....................
7
D.
Bagaimana Cara Menyajikan Wacana
Berbasis ICT?.............. 8
E.Pemamfaatan ICT dalam Pembelajaran............
8
F. Pengembangan ICT dalam Pembelajaran.................................. 11
G. Pemamfaatan Metode Pembelajaran ITC................................... 16
BAB III PENUTUP................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan Information Communication and Technology
(ICT) atau biasa disebut dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Era
sekarang ini yang demikian pesatnya telah mampu membawa perubahan besar
dalam berbagai bidang yang tentunya
memiliki peranan penting dalam
mempermudah segala urusan kemanusiaan sehingga dalam implementasinya ICT
dijadikan sebagai kebutuhan yang harus dimiliki.
Dikatakan bahwa ICT bagaikan pisau
bermata dua yang artinya bisa saja menguntungkan dan sebaliknya bisa sangat
merugikan. Dalam konteks pendidikan, ICT dikatakan menguntungkan jika
pemanfaatannya diarahkan atau dikondisikan sebagai sarana hiburan, media
pendidikan dan informasi secara seimbang atau proporsional sehingga
terintegrasi secara utuh dalam proses pembelajaran. Dan sebaliknya dikatakan
merugikan, jika tidak diarahkan atau dikondisikan dan didesain sedemikian rupa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Apa lagi jika anak atau siswa dibiarkan
begitu saja memamfaatkan ICT tanpa ada bimbingan maka bisa saja akan membuat
anak tersebut terjerumus dari dampak negatif dari pengaruh ICT.
Salah satu bidang yang mengalami
perkembangan sebagai akibat kemajuan Teknologi yang dalam hal ini ICT atau TIK
adalah bidang pendidikan dan pembelajaran. Sehingga pada dasarnyas ICT tidak
hanya berperan sebagai sarana komunikasi dan hiburan akan tetapi, ICT juga
berperan sebagai media pendidikan dan pengajaran. Pemanfaatan ICT sebagai media
pembelajaran diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan optimalisasi
pembelajaran, namun perlu disadari bahwa apapun media yang digunakan prinsip pembelajaran
tetap dipegang teguh agar mampu menunjang kreativitas siswa.
Akibat dari perkembangan ICT
menyebabkan banyaknya sekolah yang seolah- olah terhipnotis dari pengaruh
tersebut sehingga berlomba-lomba melengkapi sekolahnya dengan fasilitas ICT,
namun jika ditinjau dari segi pemanfaatannya bisa saja tidak sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Seperti misalnya, dengan keberadaan LCD Projector plus
satu laptop dalam satu kelas tidak akan membawa perubahan yang berarti jika
hanya digunakan oleh guru sebatas untuk menjelaskan pelajaran. Tapi akan lebih
bermamfaat jika siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan teknologi tersebut
untuk mengungkapkan ide dan pengetahuannya kepada rekan- rekannya. Ketika
teknologi tersebut hanya sekedar dimanfaatkan oleh guru untuk mengajar, maka
siswa hanya sekedar memperoleh pengetahuan tentang apa yang diajarkan atau
dengan kata lain hanya sekedar mengetahui teorinya saja tetapi tidak mampu
mengaplikasikannya sebab guru hanya memberikan sedikit gambaran atau
pengilustrasian tentang ICT kepada siswanya. Tapi, ketika ICT itu dimanfaatkan
siswa untuk mempresentasikan ide dan pengetahuannya baik itu kepada rekan-
rekannya, maka siswa yang lain akan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan
mengenai ICT tersebut sehingga ia mampu mengembangkannya, dan siswa yang
berkesempatan menggunakan ICT tersebut maka secara tidak langsung dapat
mengasah atau meningkatkan kreativitas dan menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis mereka, mampu menyelesaikan suatu permasalahan dan yang terpenting siswa
dengan sendirinya dapat menyadari akan potensi perkembangan ICT yang terus
mengalami perubahan sehingga siswa dapat termotivasi untuk terus berinovasi dan
mengevaluasi diri ketika mempelajari ICT sebagai dasar untuk belajar sepenjang
hayat sebab pemamfaatan ICT bertujuan bagaimana membantu siswa dalam belajar.
Apalagi pemamfaatan ICT jika
ditinjau dari hubungan antara pendidik dan peserta didik yang waktu- waktu
sebelumnya hanya dapat berlangsung melalui tatap muka dan dibatasi oleh sekat
ruang dan waktu atau melalui media cetak, namun seiring dengan perkembangan ICT
ternyata telah dapat dikembangkan melalui komunikasi on- line yang mampu menembus sekat- sekat ruang dan waktu.
Oleh karena itu, dalam dunia
pendidikan, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi dan merupakan penunjang utama dalam pengembangan
dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya
media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persolan
pendidikan terutama dalam kegiatan pengajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan isi latar belakang
masalah di atas, maka dalam makalah ini penulis
memfokuskan beberapa permasalahan, antara lain :
1. Kenapa harus
menggunakan ICT?
2. Apa
karakteristik materi berbasis ITC?
3. Bagaimana
Cara Menyajikan Wacana Berbasis ICT?
4. Bagaimana pemamfaatan ICT dalam pembelajaran ?
5. Bagaimana
mengembangkan pemamfaatan ICT dalam pembelajaran ?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Mengetahui
kenapa harus menggunakan ICT
2. Memahami
bagaimana pemamfaatan ICT dalam pembelajaran
3. Mengetahui bagaimana mengembangkan ICT dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengapa Menggunakan ICT ?
Proses belajar mengajar
(PBM) seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak dan di luar pengalaman
siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi sulit diajarkan guru dan sulit
dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengkonkritkan sesuatu yang abstrak.
Gambar dua dimensi atau
model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM. Pada era
informatika visualisasi berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang
dapat ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan
sebutan multimedia menjadikan visualisasi lebih menarik.ICT dalam hal ini
komputer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa
teks nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan
dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user)
lebih leluasa memilih, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin
dipahaminya. Walhasil komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima
pelajaran, karena komputer tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan
instruksi, seperti yang diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan
penggambaran ulang berbagai objek yang ada dalam pikiran siswa. Dan iklim
inilah yang membuat tingkat retensi siswa pengguna komputer multimedia lebih
tinggi daripada bukan pengguna.
B. Bagaimana
Karakteristik Materi Berbasis ICT ?
Sebuah
pepatah menyebutkan I hear I forget, I see I Know, I do I Understand.
Penelitian De Porter mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak
70% dari apa yang dikerjakan, 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio
visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya hanya
20%, dan dari yang dibaca hanya 10%. Berdasarkan ini semua, maka kegiatan hands
on dalam PBM harus tetap diutamakan.Kadang kala PBM dihadapkan pada materi yang
tidak dapat dilakukan secara hands on. Misalnya suatu percobaan membutuhkan
waktu lama, sedangkan waktu PBM terbatas atau benda sebenarnya sulit untuk
diperlihatkan dan dieksplorasi oleh siswa. Pada saat seperti inilah diperlukan
alat bantu pengajaran, salah satunya adalah pembelajaran berbasis ICT (komputer
multimedia).
Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan, jika ingin menggunakan komputer multimedia dalam PBM adalah mengkaji karakteristik materi. Walaupun kegiatan yang bersifat hands on dapat digantikan dengan multimedia, tetapi hal ini tidak disarankan untuk digunakan. Sebaiknya multimedia digunakan hanya untuk pembelajaran yang tidak memungkinkan dilakukan secara hands on. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan materi yang akan disajikan ke dalam bentuk wacana multimedia.
Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan, jika ingin menggunakan komputer multimedia dalam PBM adalah mengkaji karakteristik materi. Walaupun kegiatan yang bersifat hands on dapat digantikan dengan multimedia, tetapi hal ini tidak disarankan untuk digunakan. Sebaiknya multimedia digunakan hanya untuk pembelajaran yang tidak memungkinkan dilakukan secara hands on. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan materi yang akan disajikan ke dalam bentuk wacana multimedia.
C. Bagaimana Cara
Mengolah Materi yang Disajikan dengan Berbasis ICT ?
Pengolahan materi yang
akan disajikan dalam bentuk multimedia dapat mengikuti tahapan pengolahan
materi subyek. Tahapan tersebut adalah seleksi I, strukturisasi, seleksi II,
dan reduksi .
Tahap 1. Seleksi buku
Memilih sebuah buku yang akan menjadi acuan dengan pertimbangan isi materi, tingkat kesulitan, metodologi instruksional, dan integritas keilmuan penulis.
Memilih sebuah buku yang akan menjadi acuan dengan pertimbangan isi materi, tingkat kesulitan, metodologi instruksional, dan integritas keilmuan penulis.
Tahap 2. Strukturisasi
Sturkturisasi diawali dengan membuat proposisi dari teks dasar.
Setelah menentukan proposisi utama, makro, dan mikro, langkah selanjutnya adalah mengalihkannya ke bentuk outline, sehingga didapatkan sebuah model representasi teks.
Sturkturisasi diawali dengan membuat proposisi dari teks dasar.
Setelah menentukan proposisi utama, makro, dan mikro, langkah selanjutnya adalah mengalihkannya ke bentuk outline, sehingga didapatkan sebuah model representasi teks.
Tahap 3. Seleksi materi yang sesuai kebutuhan siswa
Tidak semua materi yang ada pada topik/materi diperlukan oleh siswa. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan kembali terhadap materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Tidak semua materi yang ada pada topik/materi diperlukan oleh siswa. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan kembali terhadap materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Tahap 4. Reduksi
Reduksi pada materi yang akan diajarkan dilakukan dengan cara penyederhanakan bahasa, visualisasi, dan penggunaan teknik historis dalam pemaparannya.
Penyederhanaan bahasa dilakukan dengan mengabaikan hal-hal kurang relevan dengan kebutuhan siswa. Visualisasi dilakukan dengan memberikan gambar dari suatu proses yang terjadi. Akan lebih mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk gambar (visual).
Reduksi pada materi yang akan diajarkan dilakukan dengan cara penyederhanakan bahasa, visualisasi, dan penggunaan teknik historis dalam pemaparannya.
Penyederhanaan bahasa dilakukan dengan mengabaikan hal-hal kurang relevan dengan kebutuhan siswa. Visualisasi dilakukan dengan memberikan gambar dari suatu proses yang terjadi. Akan lebih mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk gambar (visual).
D. Bagaimana Cara
Menyajikan Wacana Berbasis ICT?
Aneka program komputer
(software) dapat digunakan untuk membuat wacana multimedia. Hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan software selain kemampuan atau penguasaan
terhadap software, adalah spesifikasi perangkat keras (hardware) yang tersedia
di sekolah. Pertimbangan spesifikasi hardware ini sangat penting, karena hanya
dengan spesifikasi hardware yang mendukung, wacana multimedia yang telah dibuat
dapat berjalan dengan baik. Jika ketersediaan hardware di sekolah edisi P166 ke
bawah, maka tidak disarankan membuat wacana multimedia menggunakan Macromedia
Flash, untuk kondisi hardware seperti itu penggunaan program Microsoft Power
Point sudah cukup memadai. Program Microsoft Power Point menampilkan menu-menu
yang berguna dalam pembuatan wacana multimedia yang bersifat tutorial.
Menu-menu tersebut adalah menu animasi; menu untuk memasukan (import file)
suara, video, dan gambar animasi; dan menu tautan (hyperlink) untuk
menghubungkan antara satu simpul (node) atau file dengan simpul atau file
lainnya. Menu-menu ini menjadikan program Microsoft Power Point tidak hanya
berperan sebagai alat presentasi (tools) tetapi dapat dikembangkan menjadi
tutor. Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam pembuatan wacana multimedia
yang sifatnya tutorial adalah ketersediaan menu-menu yang dapat diakses dan
adanya ikon tutorial yang akan membimbing pengguna wacana multimedia (user).
E. Pemamfaatan
ICT dalam Pembelajaran
Selama ini banyaknya lembaga
pendidikan yang telah berhasil mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam mendukung proses pembelajarannya. Di mana teknologi Informasi dan
Komunikasi di sini cenderung dikaitkan dengan teknologi terbaru, seperti komputer
dan teknologi yang mutakhir yang di mana terus mengalami perkembangan baik dari
bentuk, ukuran, kecepatan dan kemampuannya. Seiring dengan munculnya berbagai
alat bantu yang berbasis ICT telah membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan,
terutama dalam proses pembelajaran yang dalam waktu yang tidak terlalu lama
teknologi ini sudah begitu familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran. Hal ini diasumsikan karena ICT memainkan fungsinya
bukan hanya sebagai sarana informasi dan hiburan tetapi ICT juga dapat
berfungsi sebagai media pendidikan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan
pada proses pembelajaran ICT atau TIK khususnya dalam hal internet dapat
dimanfaatkan oleh guru maupun siswa misalnya dalam pencarian informasi atau
bahan pelajaran, mendekatkan jarak ruang dan waktu dalam interaksi guru-murid,
efisiensi pembelajaran serta penyimpanan berbagai data dan informasi yang
diperlukan.
Begitu pula dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran ICT atau TIK yang dimasukan dalam kurikulum, sebagai salah
satu mata pelajaran. Yang di mana sebagai mata pelajaran TIK yang memiliki visi
agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan
Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi
dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu
berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi
mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru yang terjadi di
lingkungannya.
Seiring dengan perkembangannya
teknologi informasi dan komunikasi (ICT), yang telah merambat ke seluruh aspek
kehidupan tak terkecuali pendidikan dan pengajaran, sesungguhnya biasa
dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam
sistem pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT,
baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan
masukan bagi pihak-pihak yang berminat untuk menerapkannya dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran.
Di samping itu, tanggung jawab
sekolah dalam memasuki era globalisasi ini yakni bagaimana seharusnya
menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang sewaktu – waktu
mengalami perubahan yang begitu cepat dalam aspek kehidupan. Dan hal ini
menyebabkan lembaga persekolahan dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM
unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan
kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan
internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Upaya
ini dapat dilakukan dengan memasukkan ICT sebagai pendekatan dalam proses
pembelajaran pada Lembaga Pendidikan (Sekolah).
Dari pernyataan di atas menunjukan
bahwa ICT sangat diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya pada lembaga
pendidikan (Sekolah), namun dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa
lembaga persekolahan belum siap melaksanakan pembelajaran berbasis ICT. Sebab
mata pelajaran ini dianggap sulit diajarkan karena sebagian besar guru belum
memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan mata pelajaran yang berbasis
ICT tersebut. Di samping itu, juga terdapat beberapa lembaga persekolahan yang
belum dilengkapi fasilitas ICT seperti komputer untuk dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran guna menunjang peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana isi
UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan PP 17/2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan yang merupakan beberapa instrumen pemerintah untuk
mengimplementasikan ICT atau TIK untuk menunjang mutu pendidikan. Dan bahkan
pemerintah pun telah mendeklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source
Software (OSS) sebagai salah satu langkah strategis dalam mempercepat
penguasaan teknologi informasi terkhusus di Indonesia. Sejalan dengan komitmen
Pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia dan juga
mendayagunakan teknologi informasi komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Pada
pasal 4 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Di samping itu, juga terdapat
beberapa kasus yang patut diperhatikan adalah adanya beberapa siswa yang
“lambat”. “Siswa yang lambat di sini bukan berarti ia bodoh, bisa saja ia
cerdas tetapi hanya sedikit lambat dalam menerima pengarahan”, “Di sinilah
komputer memahami anak-anak yang lambat dalam belajar, karena gaya belajar
hanyalah permasalahan teknis”, Dengan menambahkan infrastruktur berupa personal
computer (PC)/komputer, siswa akan mampu mengaktifkan semua indera dan
sensitifitasnya dengan cara melihat, mendengar, dan membaca karena pemanfaatan
ICT sebagai media pembelajaran diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan
optimasi pembelajaran,
Begitu pula dengan seorang guru yang
menguasai teknologi informasi akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik
mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil
belajar, analisis hasil belajar maupun kegiatan remedial dan enrichment dengan memanfaatkan ICT
secara optimal. Misalnya perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru
mulai dari progam tahunan sampai rencana persiapan pembelajaran dibuat dan
disimpan secara digital dalam bentuk file-file dalam program aplikasi misalnya
dalam bentuk microsoft word yang sewaktu- waktu dapat diubah atau diperbaharui.
Sehingga manfaat yang diperoleh guru dari pemanfaatan sangat banyak,
diantaranya guru dapat memiliki back-up data yang lengkap dan setiap saat
dokumen perencanaan pembelajaran dapat direvisi dan di-up-date sesuai
kebutuhan. Kedua, guru dapat mem-print-out dokumen tersebut untuk kepentingan
pembelajaran dan supervisi dan dapat dengan seketika melakukan perbaikan dan
penyempurnaan terhadap dokumen tersebut. Hal ini sangat membantu guru dalam
efisiensi waktu, tenaga dan pikiran. Begitu juga dengan soal-soal ulangan blok
maupun harian serta bank soal dapat terdokumentasikan dengan rapih dan dapat
diakses kembali untuk kepentingan assessment berikutnya dan yang terakhir guru
mendapatkan kemudahan dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan penilaian
karena tidak harus memulai dari nol setiap kali harus membuat dokumen
pembelajaran seperti ketika semua administrasi guru dan dokumen pembelajaran
masih dibuat secara manual dan konvensional. Karena selama ini, persoalan yang
selalu dihadapi guru ketika menghadapi supervisi adalah tidak siapnya dokumen
administrasi pembelajaran karena faktor waktu yang tersedia untuk mempersiapkan
dokumen tersebut tersita oleh kegiatan pokok. Tapi dengan memanfaatkan
teknologi informasi, persoalan waktu dan kesulitan teknis dapat dipangkas
sehingga penyusunan dokumentasi administrasi pembelajaran dan dokumentasi
soal-soal menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.
Jadi, pada intinya pelaksanaan pembelajaran
yang berbasis ICT yang dalam pemamfaatannya pada kegiatan pembelajaran dapat
dikategorikan kedalam empat fungsi utama, antara lain :
1. Teknologi berfungsi
sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK atau ICT digunakan sebagai alat bantu
bagi pengguna (user), baik guru maupun siswa untuk membantu proses
pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur
grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan
staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya.
2. Teknologi berfungsi
sebagai ilmu pengetahuan (science). Hal ini diasumsikan bahwa melalui
pemanfaatan teknologi guru maupun siswa dapat menjadikan ICT khususnya internet
sebagai perpustakaan, menjadikan e-mail sebagai alat komunikasi, menjadikan bulletin
board sebagai sarana memperoleh informasi mutakhir dan menjadikan
kesempatan chatting untuk
diskusi.
3. ICT berfungsi sebagai
bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). Dalam hal ini teknologi
dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk
menguasai sebuah kompetensi berbantuan computer yang di mana posisi teknologi
tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator,
transmiter, dan evaluator.
4. ICT sebagai wadah
pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar, diterima luas oleh guru daripada alat belajar lain, dan didukung luas
oleh administrator, orang tua, politikus, dan masyarakat pada umumnya.
F. Pengembangan ICT dalam
Pembelajaran
Media
pembelajaran berbasis Information
Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sangat erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas anak sebab anak
yang mempunyai kreativitas tentunya akan mengalami perkembangan yang baik dan
mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik pula.
Kreativitas
yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengaktualkan dirinya dalam pergaulan
dan juga dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini diharapkan agar dengan adanya
media pembelajaran atau dengan menggunakan media pembelajaran berbasis
ICT anak dapat kreatif dan berkembang sesuai yang diinginkan.
Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan
pembelajaran yang berbasis ICT tak ubahnya merupakan kegiatan yang melibatkan
berbagai komponen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga terwujudnya
kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dalam arti siswa tidak
hanya sekedar dimodali teori tentang ICT tapi bagaimana siswa mampu menerapkan
penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajarannya. Adapun komponen-komponen
tersebut diantaranya siswa, guru, kurikulum, metode, sarana fisik, pengalaman
belajar dan media pembelajaran harus bersinergis dengan pemamfaatan ICT yang
secara signifikan sering mengalami perkembangan. Sehingga interaksi berbagai komponen tersebut
sejatinya melahirkan kegiatan pembelajaran yang bermuara pada kegiatan belajar
siswa yang aktif, kreatif, efektif dan tentu saja, menyenangkan, sehingga siswa
merasa betah di kelas dan merasa senang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
karena setiap pembelajaran dikemas dalam pengembangan ICT.
Sebagai
bagian dari pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memiliki
tiga kedudukan untuk dapat dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu :
a. Peran
Tambahan (suplemen)
Dikatakan
berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan
memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran melalui ICT atau tidak.
Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses
materi pembelajaran melalui ICT. Sekalipun sifatnya hanya proporsional, peserta
didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan. Walaupun materi pembelajaran melalui ICT berperan sebagai suplemen,
para dosen /guru tentunya akan senantiasa mendorong, mengggugah, atau
menganjurkan para peserta didiknya untuk mengakses materi pembelajaran melalui
ICT yang telah disediakan.
b. Fungsi Pelengkap (Komplemen)
Dikatakan
berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran melalui
ICT diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta
didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui ICT
diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang
bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
c. Fungsi
Pengganti (substitusi)
Beberapa
perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model
kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya adalah
untuk membantu mempermudah para maasiswa mengelola kegiatan pembelajaran/
perkuliahannya sehingga para mahasiswa dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas
lainnya dengan kegiatan perkuliahannya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3
alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih para mahasiswa, yaitu
apakah mereka akan mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan secara (1)
konvensional (tatap muka) saja, atau (2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Alternatif model pembelajaran manapun yang akan dipilih oleh para mahasiswa
tidak menjadi masalah dalam penilaian. Artinya, setiap mahasiswa yang mengikuti
salah satu model penyajian materi perkuliahan akan mendapatkan pengakuan atau
penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program perkuliahannya
dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau
bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara
pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel
ini dinilai sangat membantu para mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian
perkuliahannya. Para mahasiswa yang belajar pada lembaga pendidikan
konvensional tidak perlu terlalu khawatir lagi apabila tidak dapat menghadiri
kegiatan perkuliahan secara fisik karena berbenturan dengan kepentingan lain
yang tidak dapat ditinggalkan atau ditangguhkan. Apabila lembaga pendidikan
konvensional tersebut menyajikan materi pembelajaran yang dapat diakses para
mahasiswa melalui internet, maka mahasiswa dapat mempelajari materi perkuliahan
yang terlewatkan tersebut melalui internet. Hal ini bias saja terjadi apabila
para mahasiswa diberi kebebasan mengikuti kegiatan perkuliahan yang sebagian
disajikan secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet (model
pembelajaran kedua). Di samping itu, para mahasiswa juga dimungkinkan untuk
tidak sepenuhnya menghadiri kegiatan perkuliahan secara fisik. Sebagai
penggantinya, para mahasiswa belajar melalui internet atau mengikuti
pembelajaran yang bersifat e- learning.
Secara umum, peranan ICT khususnya
pembelajaran yang menerapkan e-learning
dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan
substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan
tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan
ICT, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan dengan
bantuan ICT.
Saat ini, regulasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses
pembelajaran konvensional. Dalam proses belajar mengajar konvensional, Guru
memiliki keterbatasan dalam mengajar siswa, walaupun masih banyak hal-hal
positif juga yang dapat diperoleh darinya. Beberapa keterbatasan itu,
diantaranya interaksi yang terbatas karena umumnya kelas diisi banyak siswa.
Misalnya dalam PBM selama ini terkendala karena jumlah siswa yang mengikuti
kelas mencapai puluhan. Hal ini menjadikan PBM tidak optimal, karena data dan
informasi yang tersampaikan kepada siswa tidak maksimal.
Guru dikatakan sebagai figur demokratis yang mengayomi
dan membimbing siswanya dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Sehingga guru harus menjadikan dirinya sebagai figur yang dengan cerdas dalam
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, inovatif dan berwawasan teknologi
serta membuka peluang-peluang baru bagi siswa untuk berkembang secara mandiri
sesuai dengan minat dan potensi yang mereka miliki dan juga memiliki kepekaan
dan kemampuan mengadopsi perkembangan teknologi untuk kepentingan kegiatan
pembelajaran di kelas. Kemampuan dan kepekaan terhadap teknologi ini menjadi
keniscayaan bagi guru jika guru ingin kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan di kelas tidak membosankan bagi siswa. Jika siswa merasa bosan
di kelas, maka pencapaian kompetensi yang ingin dicapai pun akan terhambat.
Kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang berbasis ICT
akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan.
Dalam perkembangan teknologi yang
berbasis ICT khususnya komputer secara signifikan telah merubah kehidupan
masyarakat termasuk cara mereka memperoleh pengetahuan. Di mana ICT khususnya
Internet telah menawarkan lautan informasi bagi siswa yang secara independen
dapat mereka akses tanpa tergantung lagi pada guru di kelas. Jika guru masih
menampilkan diri sebagai figur yang gagap teknologi, maka niscaya mereka akan
ketinggalan oleh muridnya baik dari sisi penguasaan informasi maupun
komunikasi. Sebab kegiatan pembelajaran akan menjadi tidak menarik di mata siswa
jika mereka menemukan gurunya sendiri tidak mampu menerapkan pembelajarannya
dengan penerapan ICT atau TIK di dalamnya.
Oleh karena itu, dalam
mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi disetiap kegiatan pembelajaran
secara tepat dan optimal maka guru maupun siswa akan memiliki kreativitas dalam
berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif,
dan mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, serta mudah beradaptasi
dengan perkembangan baru yang dengan cepatnya sering mengalami perkembangan.
Sehingga kehadiran teknologi informasi dalam pembelajaran merupakan hal yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi, sebab telah menjadi penunjang utama dalam
pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga
perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua
persolan pendidikan dan pembelajaran.
G. Pemamfaatan metode pembelajaran ITC
Pembelajaran
matematika dan fisika yang selama ini dianggap sangat ‘menakutkan’ tidak perlu
terjadi kalau prosesnya diberikan secara menarik dan menyenangkan oleh guru
mata pelajaran tersebut. Misalnya saja dengan menggunakan teknologi komputer,
yang saat ini sudah menjadi keharusan penggunaannya di sekolah.
Terbukti
dengan model pembelajaran matematika dan fisika dengan ICT – teknologi
informasi dan komputer yaitu ‘model Pesona Fisika Pesona Matematika’ yang
diterapkan di SMP Negeri 49 Jakarta, siswa justeru tertarik mengikuti kedua
mata pelajaran tersebut. Model ini sendiri dirancang khusus oleh para ahli ICT
Indonesia.
“Penggunaan
ICT dalam proses belajar mengajar di sekolah seperti dalam mata pelajaran
fisika dan matematika yang selama ini sangat ditakuti siswa, terbukti siswa
sangat tertarik mengikuti pelajaran tersebut,” jelas Kepala Dinas Pendidikan
Dasar Provinsi DKI Jakarta Sylviana Murni saat menerima kunjungan pemilik
sekolah dari Brunei Darussalam dan Philipina Musa Adnin dan Dr. Jess Ravalo di
SMPN 49 Jakarta Timur, Jumat (26/10).
Menurut
Sylviana, model pembelajaran Pesona Fisika Pesona Matematika di SMP Negeri yang
ada di DKI Jakarta sebenarnya telah diterapkan sejak tahun 2000 lalu. Upaya itu
dilakukan untuk menghilangkan kesan menakutkan terhadap dua mata pelajaran
eksakta itu sehingga proses pembelajaran kedua mata pelajaran itu lebih menarik
dan menyenangkan.
Dia
mengakui, bukan rahasia lagi dulu para siswa untuk belajar matematika dan
fisika selalu enggan karena metode penyampiannya sangat menjemukan dan
guru-gurunya juga membosankan. Di sisi lain, alat peraganya juga seadanya
sehingga siswa susah untuk menangkap materinya.
Model ini,
tambah Sylviana, telah terbukti mampu meningkatkan hasil hasil Ujian Nasional
(UN). Pada tahun ini hasil UN mencapai 99,99. Angka itu naik dari UN tahun 2006
yang mencapai 99,84 dan tahun 2005 sebesar 99,58.
Kepala Dinas
Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta itu mengemukakan, saat ini media pembelajaran
Pesona Fisika dan Matematika sudah digunakan di 164 SMP Negeri dari 288 SMPN di
Jakarta dan mulai tahun 2007 diperkenalkan kepada guru dan siswa SD Negeri di
15 sekolah, khususnya untuk rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Musa Adnin
mengatakan, dirinya sangat kagum dengan metode pembelajaran Pesona Fisika dan
matematika. Saya rasa metode itu bisa digunakan di Brunei dan negara Asia
lainnya.
2.
PEMAMFAATAN ICT D BIDANG PENDIDIKAN
·
Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi
Secara sederhana Elston (2007)
membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (ICT), yaitu “IT as the technology used to managed information
and ICT as the technology used to manage information and aid communication”.
Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sebagai berikut: “ICT generally relates to those technologies that are
used for accessing, gathering, manipulating and presenting or
communicating information. The technologies could include hardware e.g.
computers and others devices, software applications, and connectivity e.g.
access to the internet, local networking infrastructure, and video
conferencing”.
Dalam praktek di lembaga-lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop,
network komputer, printer, scanner, video/DVD player, kamera digital,
tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan
bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan
terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk
mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Morsund dalam UNESCO (2003)
mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:
·
piranti keras dan piranti lunak komputer serta
fasilitas telekomunikasi
·
mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
·
perangkat proyektor / LCD
·
LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
o
Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon
selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
·
mesin komputer dan robot
Sejatinya TIK memiliki potensi yang
besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak
biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan
, yaitu sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran,
standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, dan sebagai
infrastruktur.
UNESCO telah mengidentifikasi
4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :
1) Tahap emerging; yaitu
perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga
kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk
pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)
2) Tahap applying; yaitu
perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik
dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum
(enhancing traditional teaching)
3) Tahap infusing; yaitu
melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah
mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi.
Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana
TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).
4) Tahap Transforming;
yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi.
Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif
dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.
Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam
pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan Pendidikan
Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka,
pendidikan jarak jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: “Open
learning is a primarily a goal. An essential characteristics of open learning
is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study
in their own time, at any place and without face-to-face contact with a
teacher. Flexible learning is the provision of learning in a flexible manner”.
PTJJ merupakan alternatif model
dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi
peserta didik untuk belajar “kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.
·
Kebijakan Pemanfaatan TIK Pendidikan
·
Tantangan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional memiliki banyak
tantangan baik dari sisi input, proses maupun output. Beberapa tantangan
pendidikan nasional tersebut adalah sebagai berikut:
·
Banyak anak usia sekolah yang belum dapat menikmati
pendidikan dasar 9 tahun. Anak usia 7 – 12 tahun masih dibawah 80% yang telah
menikmati pendidikan (APK SMP 85,22, dan APK SMA 52,2).
·
Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana
pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki telepon,
apalagi koneksi internet.
·
Tidak seragamnya dan rendahnya mutu pendidikan di
setiap jenjang sekolah yang ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat
kelulusan Ujian Nasional dan nilai Ujian Nasional.
·
Rendahnya jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta ( PTN – 82 dan PTS – 2.236 (Dikti,2003))
·
Rendahnya daya tampung dan tingkat partisipasi kuliah
(Daya tampung sekitar 3,2 juta mahasiswa dengan tingkat partisipasi
12.8%. Padahal, Filipina mencapai 32% dan Thailand telah mencapai 30%.
·
BAN sebagai penentu kualitas pendidikan
menginformasikan bahwa hampir 50% pendidikan tinggi berakreditasi C (46,35%
program diploma dan 47.97% PTN dan PTS).
·
Rendahnya Tenaga Pengajar Non Formal (PLS). Kebutuhan
guru PLS mencapai angka 519.790 orang. Sementara yang ada hanya sebesar
113.622 orang atau 22%. Sehingga diperlukan 406.168 guru atau 78%.
(PMPTK 2006).
·
Rendahnya tenaga pendidik yang belum memenuhi syarat
sertifikasi (dari 2.692.217 orang guru yang ada, 727.381 orang
(27%) memenuhi syarat sertifikasi, sisanya 1.964.836 (73%) belum memenuhi
syarat sertifikasi.
·
Berdasarkan survey HDI th 2005, Indonesia menduduki
ranking 112 dari 175 negara (jauh berada di bawah Malaysia dan Bangladesh).
·
Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah/kampus
(Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi dimana tidak semua sekolah
mempunyai sarana TIK. Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan
pemanfaatannya masih belum optimal.
·
Peran Strategis TIK untuk Pendidikan
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pemanfaatan
TIK dalam pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh bahwa “(1) Pendidikan
jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, (2)
Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok
masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau
reguler, (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam bentuk, modus dan
cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian
yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi
sistem pendidikan jarak jauh telah menjadi suatu inovasi yang berarti dalam
dunia pendidikan nasional. Sistem pendidikan jarak jauh yang dimulai dengan
generasi pertama korespondensi (cetak), generasi kedua multimedia (Audio, VCD,
DVD), generasi ketiga pembelajaran jarak jauh (telekonferensi/TVe), generasi
keempat pembelajaran fleksibel (multimedia interaktif) dan generasi kelima
e-Learning (web based course), akhirnya generasi keenam pembelajaran mobile
(koneksi nirkabel/www).
Seperti tercantum secara eksplisit
dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009, terlihat
jelas bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga pilar kebijakan
pendidikan nasional, yaitu:(1) perluasan dan pemerataan akses; (2) peningkatan
mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas
dan citra publik pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu,
akuntabel, murah, merata dan terjangkau rakyat banyak.
Dalam Renstra Depdiknas 2005 – 2009
dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu perluasan dan
pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak
jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya
saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses
pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola, akuntabilitas dan
citra publik, peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi
manajemen secara terintegrasi.
·
Infrastruktur Jaringan dan Konten TIK Depdiknas
Depdiknas telah memiliki
infrastruktur backbone teknologi informasi dan komunikasi yang cukup
besar dan siap untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya baik untuk kebutuhan
pendidikan, penelitian, maupun adminisitrasi.
Jardiknas dikategorikan kedalam tiga
zona, yaitu:
·
Zona Personal/Komunitas; yang diperuntukkan sebagai
akses personal bagi guru, dosen, dan siswa.
·
Zona Perguruan Tinggi; yang diperuntukkan bagi seluruh
Perguruan Tinggi dan Kopertis; dan
·
Zona Kantor Dinas/UPT/Sekolah; diperuntukkan bagi
sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Unit-unit
Kerja Depdiknas.
Infrastruktur ini akan diisi oleh
konten yang dikelompokkan dalam dua ketegori yaitu:
·
Kontent e-learning; konten e-learning dapat meliputi
konten yang dikembangkan oleh Pustekkom, Ditdikdasmen, Ditjen Dikti, Setjen,
atau unit-unit lain.
·
Konten e-administration; e-content
administration meliputi online transaction proccessing (OLTP), data center
warehouse (DCW) dan online analysis processing (OLAP)
·
Pembelajaran Berbasis TIK (e_Learning)
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning
sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian
informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua,
e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku
teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer), sehingga dapat menjawab
tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti
menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model
belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi
pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung
pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten
dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta
didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Pembelajaran berbasis TIK atau e-Learning
adalah sumber pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan
melalui media elektronik, seperti Internet, Intranet, CDROM, video tape, DVD,
TV, Handphone, dan PDA
Pola-pola seperti di atas semua
berbeda satu dengan yang lain. E-learning lebih luas dibandingkan dengan online
learning. Online learning hanya menggunakan
Internet/intranet/LAN/WAN tidak termasuk menggunakan CD ROM.
Dalam pembelajaran berbasis TIK
terdapat perbedaan komunikasi antara pembelajaran langsung (syncronous)
dan tidak langsung (ansyncronous), dengan sebuah terminologi untuk
mendeskripsikan bagaimana dan kapan pembelajaran berlangsung.
·
Pembelajaran Langsung (Syncronous Learning)
Dalam pembelajaran langsung, proses
belajar dan mengajar berlangsung dalam waktu yang sama (real time) walaupun
pendidik dan para peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda
satu sama lain. Sebagai contoh yaitu:
1. Mendengarkan siaran Radio.
2. Menonton siaran Televisi
3. Konferensi audio/video.
4. Telepon Internet.
5. Chatting
6. Siaran langsung Satelite dua
arah.
·
Pembelajaran
Tidak Langsung (Ansyncronous Learning)
Dalam pembelajaran tidak langsung,
proses belajar dan mengajar berlangsung dengan adanya delay waktu (waktu
yang berbeda) dan pendidik dan peserta didik secara fisik berada pada
tempat yang berbeda. Sebagai contoh yaitu:
1. Belajar sendiri menggunakan
internet atau CD-Rom.
2. Kelas belajar menggunakan video
tape.
3. Presentasi web atau seminar
menggunakan audio/video.
4. Rekaman suara.
5. Mentoring tanya jawab.
6. Membaca pesan e-mail.
7. Mengakses content online
8. Forum diskusi
Karakteristik dari pembelajaran
tidak langsung (ansyncronous) adalah pendidk harus mempersiapkan terlebih
dahulu materi belajar sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Peserta
didik bebas menentukan kapan akan mempelajari materi belajar tersebut.
Contoh TIK yang digunakan dalam
komunikasi pembelajaran secara syncronous dan asyncronous sebagai berikut:
Asyncronous
Learning
|
Syncronous
Learning
|
Fax
|
Telephone
|
E-Mail
|
Screen
Sharing
|
Knowledge
Base
|
Chat
|
Newsgroups
|
Web
conferences
|
Computer
Based Training
|
Online
Seminar
|
Quick
Reference Guide
|
Compressed
video classes
|
Sedangkan karakteristik e-learning
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Karakteristik
|
Penjelasan
|
Non-linearity
|
Pemakai
(user) bebas untuk mengakses (browse) tentang objek pembelajaran dan
terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan
pemakai.
|
Self
Managing
|
Pemakai
dapat mengelola sendiri prosespembelajaran dengan mengikuti struktur
yangtelah dibuat.
|
Feedback-Interactivity
|
Pembelajaran
dapat dilakukan dengan interaktifdan disediakan feedback pada
prosespembelajaran.
|
·
Standarisasi Pendidikan Berbasis TIK dari SEAMOLEC
Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 35, menyatakan bahwa Standar Nasional
Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standarisasi
pendidikan mutlak diperlukan untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan.
Pada dasarnya SNP merupakan persyaratan minimum yang ditetapkan UU, namun
secara teknis diperlukan perumusan standar mutu dalam sistem pendidikan seperti
Sistem Manajemen Mutu – ISO 9001:2008 / IWA 2.
McGee, Carmean dan Jafari (2005)
menyatakan pentingnya standard dan spesifikasi dalam pendidikan berbasis TIK,
karena memungkinkan terjadinya pembelajaran sebagai berikut: 1) Interoperability,
sistem berinteraksi dengan sistem lain dalam organisasi, 2) Reusability,
sumber / objek belajar mudah digunakan dalam kurikulum, latat, profil peserta
didik yang berbeda, 3) Manageability, sistem telusur informasi tentang
peserta didik dan konten, 4) Accessibility, semua peserta didik memiliki
kemudahan menerima konten setiap saat, dan 5) Sustainability, teknologi
terus berkembang sesuai standar untuk menghindari keusangan.
BAB III
PENUTUP
Dari
uraian yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka penulis dapat menarik
suatu kesimpulan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
semakin pesat telah merambah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk
menyentuh dunia pendidikan. Karena itu, sekolah dan guru tidak dapat mengelak
dari trend ini hanya karena persoalan anggaran atau pun persoalan keterbatasan
akses dan wawasan (SDM). Satu hal yang harus dilakukan adalah melangkah maju
dan menceburkan diri tanpa ragu ke dalam arus teknologi ini untuk kemajuan
dunia pendidikan terutama dalam kegiatan pembelajaran.
Guru
sejatinya memberi contoh kepada siswa bahwa penerapan teknologi yang dalam hal
ini ICT merupakan suatu keniscayaan yang sedang dihadapi, sehingga penguasaan
teknologi informasi dan komunikas dalam dunia pendidikan adalah sesuatu yang
harus direbut oleh siswa. Sehingga pemanfaatan teknologi infomasi dan
komunikasi dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran perlu diusahakan oleh
guru sesuai dengan kemampuan masing-masing sekolah dan guru bersangkutan guna
menunjang anak agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada.
Di
sisi lain, meskipun dalam pemamfaatan ICT dalam pembelajaran sering memunculkan
berbagai hambatan seperti keterbatasan fasilitas ICT maupun SDM dalam
memfungsikan penerapan teknologi informasi dan komunikasi di setiap kegiatan
pembelajaran. Namun, hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan cara (1) membenahi
setiap lembaga persekolahan sebagaimana isi UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PP19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan PP
17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang merupakan
beberapa instrumen pemerintah untuk mengimplementasikan ICT atau TIK untuk
menunjang mutu pendidikan dan (2) mengadakan pelatihan guru dalam pembelajaran
berbasis ICT yang merupakan suatu langkah awal yang harus dilakukan. Dan tentu
saja, sosialisasi tentang penggunaan ICT ini harus gencar dilakukan. Karena
itu, sekolah dan guru harus memprioritaskan penguasaan dan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam skala prioritas sebab dengan hadirnya teknologi
informasi komunikasi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan
merupakan penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari
semakin kompleks, sehingga perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan
menjadi solusi dari semua persolan pendidikan khususnya dalam kegiatan
pengajaran.