Anyeong Haseyo

Semoga dapat bermanfaat,.
terus semangat...!!!

Sabtu, 04 Agustus 2012

METODE PEMBELAJARAN ICT



METODE PENGAJARAN ICT
(Information Communication and Technology)




Nama dosen :
Resyi A Gani, S.Kom

Disusun oleh:
Ema Septiyani
0361 11 099
Emmaseptiyani.blogspot.com



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2012


YAYASAN PAKUAN SILIWANGI
Universitas Pakuan
Jalan Pakuan Kotak Pos 452 Telp.(0251) 8380 141 Bogor


PENGUMUMAN
Nomor : 063 / BAAK — UP / VII / 2012

HER-REGISTRASI DAN PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL 2012/2013

Sesuia dengan Kalender Akademik Universitas Pakuan Tahun Akademik 2012/2013, DIBERITAHUKAN bahwa Her-Registrasi ( Pembayaran SPP dan DKK ) mulai:

TANGGAL 06 AGUSTUS s.d 07 SEPTEMBER 2012

Keterlambatan melaksanakan kewajiban Her-Registrasi ( Pembayaran SPP dan DKK ) dari waktu yang telah ditentukan dikenakan denda RP. 50.000,- (Lima uluh ribu rupiah) sesuai dengan SK Rektor Nomor : 006/KEP/REK/I/2009.

Adapun tempat-tempat pembayaran:
- PROGRAM S-1 DI BANK MANDIRI DENGAN NOMOR REKENING 133.0081000028.
- PROGRAM D-3 EKONOMI DI BANK BCA DENGAN NOMOR REKENING 6270047554.
- PROGRAM D-3 FMIPA DI BANK MANDIRI DENGAN NOMOR REKENING 133.0005384292.

Prosedur daftar ulang sebagai berikut:
1. Mahasiswa langsung datang ke BANK untuk membayar SPP dan DKK yang besarnya pembayaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Bagi mahasiswa yang namanya tidak tercantum di BANK mandiri segera menghubungi BAAK.
3. Menyerahkan kwitansi pembayaran SPP dan DKK (asli dan fotocopy 1 lembar) untuk di cap Her-Registrasi.

Permohonan/pelaksanaan Ijin Cuti Kuliah dapat dilayani dengan tenggang waktu tanggal 06 Agustus s/d  27 September 2012, dengan prosedur membawa Surat Pengantar dari Fakultas, membayar biaya cuti sebesar RP. 100.000,- di BANK dan proses Surat Ijin Cuti di BAAK.

Pelayanan permohonan surat-surat keterangan akademik, seperti keterangan masih/pernah kuliah untuk keperluan lembaga/instansi lain, dilayani di BAAk kecuali transkip akademik/nilai, keterangan untuk penelitian dalam rangka penyusunan skripsi, pelayanannya melalui Fakultas.

Demikian untuk diketahui dan mendapatkan perhatian.

Bogor,    Juli 2012
A.n Rektor
Pembantu Rektor I
Ub. Kepala Biro Administrasi Akademik
dan Kemahasiswaan




HARI MUHARAM, SE., MM

TEMBUSAN:
1. Yth. Ketua Up. Bendahara YPS
2. Yth. Para Dekan Fakultas
3. Yth. Kepala BAUm
4. Yth. Kepala Kantor Cabang BANK Mandiri di Bogor



DAFTAR ISI

LAPORAN PENGUMUMAN............... 1
DAFTAR ISI.......................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
          A.   Latar Belakang...................................... 3
          B.   Rumusan Masalah................................. 5
          C.   Tujuan.................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A.   Mengapa Menggunakan ICT ?................................................... 6
B.   Bagaimana Karakteristik Materi Berbasis ICT ?....................... 6
C. Bagaimana Cara Mengolah Materi yang Disajikan dengan Berbasis ICT?.................... 7
D.   Bagaimana Cara Menyajikan Wacana Berbasis ICT?.............. 8
E.Pemamfaatan ICT dalam Pembelajaran............ 8
F.    Pengembangan ICT dalam Pembelajaran.................................. 11
G.  Pemamfaatan Metode Pembelajaran ITC................................... 16
BAB III PENUTUP................................................................................ 26


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
   
    Seiring dengan perkembangan Information Communication and Technology (ICT) atau biasa disebut dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Era sekarang ini yang demikian pesatnya telah mampu membawa perubahan besar dalam  berbagai bidang yang tentunya memiliki peranan penting  dalam mempermudah segala urusan kemanusiaan sehingga dalam implementasinya ICT dijadikan sebagai kebutuhan yang harus dimiliki.
    Dikatakan bahwa ICT bagaikan pisau bermata dua yang artinya bisa saja menguntungkan dan sebaliknya bisa sangat merugikan. Dalam konteks pendidikan, ICT dikatakan menguntungkan jika pemanfaatannya diarahkan atau dikondisikan sebagai sarana hiburan, media pendidikan dan informasi secara seimbang atau proporsional sehingga terintegrasi secara utuh dalam proses pembelajaran. Dan sebaliknya dikatakan merugikan, jika tidak diarahkan atau dikondisikan dan didesain sedemikian rupa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Apa lagi jika anak atau siswa dibiarkan begitu saja memamfaatkan ICT tanpa ada bimbingan maka bisa saja akan membuat anak tersebut terjerumus dari dampak negatif dari pengaruh ICT.
    Salah satu bidang yang mengalami perkembangan sebagai akibat kemajuan Teknologi yang dalam hal ini ICT atau TIK adalah bidang pendidikan dan pembelajaran. Sehingga pada dasarnyas ICT tidak hanya berperan sebagai sarana komunikasi dan hiburan akan tetapi, ICT juga berperan sebagai media pendidikan dan pengajaran. Pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan optimalisasi pembelajaran, namun perlu disadari bahwa apapun media yang digunakan prinsip pembelajaran tetap dipegang teguh agar mampu menunjang kreativitas siswa.
    Akibat dari perkembangan ICT menyebabkan banyaknya sekolah yang seolah- olah terhipnotis dari pengaruh tersebut sehingga berlomba-lomba melengkapi sekolahnya dengan fasilitas ICT, namun jika ditinjau dari segi pemanfaatannya bisa saja tidak sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Seperti misalnya, dengan keberadaan LCD Projector plus satu laptop dalam satu kelas tidak akan membawa perubahan yang berarti jika hanya digunakan oleh guru sebatas untuk menjelaskan pelajaran. Tapi akan lebih bermamfaat jika siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk mengungkapkan ide dan pengetahuannya kepada rekan- rekannya. Ketika teknologi tersebut hanya sekedar dimanfaatkan oleh guru untuk mengajar, maka siswa hanya sekedar memperoleh pengetahuan tentang apa yang diajarkan atau dengan kata lain hanya sekedar mengetahui teorinya saja tetapi tidak mampu mengaplikasikannya sebab guru hanya memberikan sedikit gambaran atau pengilustrasian tentang ICT kepada siswanya. Tapi, ketika ICT itu dimanfaatkan siswa untuk mempresentasikan ide dan pengetahuannya baik itu kepada rekan- rekannya, maka siswa yang lain akan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan mengenai ICT tersebut sehingga ia mampu mengembangkannya, dan siswa yang berkesempatan menggunakan ICT tersebut maka secara tidak langsung dapat mengasah atau meningkatkan kreativitas dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis mereka, mampu menyelesaikan suatu permasalahan dan yang terpenting siswa dengan sendirinya dapat menyadari akan potensi perkembangan ICT yang terus mengalami perubahan sehingga siswa dapat termotivasi untuk terus berinovasi dan mengevaluasi diri ketika mempelajari ICT sebagai dasar untuk belajar sepenjang hayat sebab pemamfaatan ICT bertujuan bagaimana membantu siswa dalam belajar.
    Apalagi pemamfaatan ICT jika ditinjau dari hubungan antara pendidik dan peserta didik yang waktu- waktu sebelumnya hanya dapat berlangsung melalui tatap muka dan dibatasi oleh sekat ruang dan waktu atau melalui media cetak, namun seiring dengan perkembangan ICT ternyata telah dapat dikembangkan melalui komunikasi on- line yang mampu menembus sekat- sekat ruang dan waktu. 
    Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan merupakan penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persolan pendidikan terutama dalam kegiatan pengajaran.




B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan isi latar belakang masalah di atas, maka dalam makalah ini penulis  memfokuskan beberapa permasalahan, antara lain :
1.     Kenapa harus menggunakan ICT?
2.     Apa karakteristik materi berbasis ITC?
3.     Bagaimana Cara Menyajikan Wacana Berbasis ICT?
4.      Bagaimana pemamfaatan ICT dalam pembelajaran ?
5.     Bagaimana mengembangkan pemamfaatan ICT dalam pembelajaran ?

C.    Tujuan
     Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1.   Mengetahui kenapa harus menggunakan ICT
2.   Memahami bagaimana pemamfaatan ICT dalam pembelajaran
       3. Mengetahui bagaimana mengembangkan ICT dalam pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengapa Menggunakan ICT ?
Proses belajar mengajar (PBM) seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi sulit diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak.
Gambar dua dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM. Pada era informatika visualisasi berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang dapat ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan multimedia menjadikan visualisasi lebih menarik.ICT dalam hal ini komputer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih leluasa memilih, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahaminya. Walhasil komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena komputer tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi, seperti yang diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang ada dalam pikiran siswa. Dan iklim inilah yang membuat tingkat retensi siswa pengguna komputer multimedia lebih tinggi daripada bukan pengguna.
B. Bagaimana Karakteristik Materi Berbasis ICT ?
Sebuah pepatah menyebutkan I hear I forget, I see I Know, I do I Understand. Penelitian De Porter mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70% dari apa yang dikerjakan, 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%. Berdasarkan ini semua, maka kegiatan hands on dalam PBM harus tetap diutamakan.Kadang kala PBM dihadapkan pada materi yang tidak dapat dilakukan secara hands on. Misalnya suatu percobaan membutuhkan waktu lama, sedangkan waktu PBM terbatas atau benda sebenarnya sulit untuk diperlihatkan dan dieksplorasi oleh siswa. Pada saat seperti inilah diperlukan alat bantu pengajaran, salah satunya adalah pembelajaran berbasis ICT (komputer multimedia).
Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan, jika ingin menggunakan komputer multimedia dalam PBM adalah mengkaji karakteristik materi. Walaupun kegiatan yang bersifat hands on dapat digantikan dengan multimedia, tetapi hal ini tidak disarankan untuk digunakan. Sebaiknya multimedia digunakan hanya untuk pembelajaran yang tidak memungkinkan dilakukan secara hands on. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan materi yang akan disajikan ke dalam bentuk wacana multimedia.
C. Bagaimana Cara Mengolah Materi yang Disajikan dengan Berbasis ICT ?
Pengolahan materi yang akan disajikan dalam bentuk multimedia dapat mengikuti tahapan pengolahan materi subyek. Tahapan tersebut adalah seleksi I, strukturisasi, seleksi II, dan reduksi .
Tahap 1. Seleksi buku
Memilih sebuah buku yang akan menjadi acuan dengan pertimbangan isi materi, tingkat kesulitan, metodologi instruksional, dan integritas keilmuan penulis.
Tahap 2. Strukturisasi
Sturkturisasi diawali dengan membuat proposisi dari teks dasar.
Setelah menentukan proposisi utama, makro, dan mikro, langkah selanjutnya adalah mengalihkannya ke bentuk outline, sehingga didapatkan sebuah model representasi teks.
Tahap 3. Seleksi materi yang sesuai kebutuhan siswa
Tidak semua materi yang ada pada topik/materi diperlukan oleh siswa. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan kembali terhadap materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Tahap 4. Reduksi
Reduksi pada materi yang akan diajarkan dilakukan dengan cara penyederhanakan bahasa, visualisasi, dan penggunaan teknik historis dalam pemaparannya.
Penyederhanaan bahasa dilakukan dengan mengabaikan hal-hal kurang relevan dengan kebutuhan siswa. Visualisasi dilakukan dengan memberikan gambar dari suatu proses yang terjadi. Akan lebih mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk gambar (visual).
D. Bagaimana Cara Menyajikan Wacana Berbasis ICT?
Aneka program komputer (software) dapat digunakan untuk membuat wacana multimedia. Hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan software selain kemampuan atau penguasaan terhadap software, adalah spesifikasi perangkat keras (hardware) yang tersedia di sekolah. Pertimbangan spesifikasi hardware ini sangat penting, karena hanya dengan spesifikasi hardware yang mendukung, wacana multimedia yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik. Jika ketersediaan hardware di sekolah edisi P166 ke bawah, maka tidak disarankan membuat wacana multimedia menggunakan Macromedia Flash, untuk kondisi hardware seperti itu penggunaan program Microsoft Power Point sudah cukup memadai. Program Microsoft Power Point menampilkan menu-menu yang berguna dalam pembuatan wacana multimedia yang bersifat tutorial. Menu-menu tersebut adalah menu animasi; menu untuk memasukan (import file) suara, video, dan gambar animasi; dan menu tautan (hyperlink) untuk menghubungkan antara satu simpul (node) atau file dengan simpul atau file lainnya. Menu-menu ini menjadikan program Microsoft Power Point tidak hanya berperan sebagai alat presentasi (tools) tetapi dapat dikembangkan menjadi tutor. Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam pembuatan wacana multimedia yang sifatnya tutorial adalah ketersediaan menu-menu yang dapat diakses dan adanya ikon tutorial yang akan membimbing pengguna wacana multimedia (user).
E.  Pemamfaatan ICT dalam Pembelajaran

    Selama ini banyaknya lembaga pendidikan yang telah berhasil mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung proses pembelajarannya. Di mana teknologi Informasi dan Komunikasi di sini cenderung dikaitkan dengan teknologi terbaru, seperti komputer dan teknologi yang mutakhir yang di mana terus mengalami perkembangan baik dari bentuk, ukuran, kecepatan dan kemampuannya. Seiring dengan munculnya berbagai alat bantu yang berbasis ICT telah membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran yang dalam waktu yang tidak terlalu lama teknologi ini sudah begitu familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Hal ini diasumsikan karena ICT memainkan fungsinya bukan hanya sebagai sarana informasi dan hiburan tetapi ICT juga dapat berfungsi sebagai media pendidikan.
    Dalam kaitannya dengan pendidikan pada proses pembelajaran ICT atau TIK khususnya dalam hal internet dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa misalnya dalam pencarian informasi atau bahan pelajaran, mendekatkan jarak ruang dan waktu dalam interaksi guru-murid, efisiensi pembelajaran serta penyimpanan berbagai data dan informasi yang diperlukan.
    Begitu pula dalam kaitannya dengan proses pembelajaran ICT atau TIK yang dimasukan dalam kurikulum, sebagai salah satu mata pelajaran. Yang di mana sebagai mata pelajaran TIK yang memiliki visi agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru yang terjadi di lingkungannya.
    Seiring dengan perkembangannya teknologi informasi dan komunikasi (ICT), yang telah merambat ke seluruh aspek kehidupan tak terkecuali pendidikan dan pengajaran, sesungguhnya biasa dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam sistem pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT, baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat untuk menerapkannya dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
    Di samping itu, tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi ini yakni bagaimana seharusnya menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang sewaktu – waktu mengalami perubahan yang begitu cepat dalam aspek kehidupan. Dan hal ini menyebabkan lembaga persekolahan dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan ICT sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan (Sekolah).
    Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa ICT sangat diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya pada lembaga pendidikan (Sekolah), namun dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa lembaga persekolahan belum siap melaksanakan pembelajaran berbasis ICT. Sebab mata pelajaran ini dianggap sulit diajarkan karena sebagian besar guru belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan mata pelajaran yang berbasis ICT tersebut. Di samping itu, juga terdapat beberapa lembaga persekolahan yang belum dilengkapi fasilitas ICT seperti komputer untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran guna menunjang peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana isi UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan PP 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang merupakan beberapa instrumen pemerintah untuk mengimplementasikan ICT atau TIK untuk menunjang mutu pendidikan. Dan bahkan pemerintah pun telah mendeklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source Software (OSS) sebagai salah satu langkah strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi informasi terkhusus di Indonesia. Sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia dan juga mendayagunakan teknologi informasi komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Pada pasal 4 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
    Di samping itu, juga terdapat beberapa kasus yang patut diperhatikan adalah adanya beberapa siswa yang “lambat”. “Siswa yang lambat di sini bukan berarti ia bodoh, bisa saja ia cerdas tetapi hanya sedikit lambat dalam menerima pengarahan”, “Di sinilah komputer memahami anak-anak yang lambat dalam belajar, karena gaya belajar hanyalah permasalahan teknis”, Dengan menambahkan infrastruktur berupa personal computer (PC)/komputer, siswa akan mampu mengaktifkan semua indera dan sensitifitasnya dengan cara melihat, mendengar, dan membaca karena pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan optimasi pembelajaran,
    Begitu pula dengan seorang guru yang menguasai teknologi informasi akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, analisis hasil belajar maupun kegiatan remedial dan enrichment dengan memanfaatkan ICT secara optimal. Misalnya perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru mulai dari progam tahunan sampai rencana persiapan pembelajaran dibuat dan disimpan secara digital dalam bentuk file-file dalam program aplikasi misalnya dalam bentuk microsoft word yang sewaktu- waktu dapat diubah atau diperbaharui. Sehingga manfaat yang diperoleh guru dari pemanfaatan sangat banyak, diantaranya guru dapat memiliki back-up data yang lengkap dan setiap saat dokumen perencanaan pembelajaran dapat direvisi dan di-up-date sesuai kebutuhan. Kedua, guru dapat mem-print-out dokumen tersebut untuk kepentingan pembelajaran dan supervisi dan dapat dengan seketika melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap dokumen tersebut. Hal ini sangat membantu guru dalam efisiensi waktu, tenaga dan pikiran. Begitu juga dengan soal-soal ulangan blok maupun harian serta bank soal dapat terdokumentasikan dengan rapih dan dapat diakses kembali untuk kepentingan assessment berikutnya dan yang terakhir guru mendapatkan kemudahan dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan penilaian karena tidak harus memulai dari nol setiap kali harus membuat dokumen pembelajaran seperti ketika semua administrasi guru dan dokumen pembelajaran masih dibuat secara manual dan konvensional. Karena selama ini, persoalan yang selalu dihadapi guru ketika menghadapi supervisi adalah tidak siapnya dokumen administrasi pembelajaran karena faktor waktu yang tersedia untuk mempersiapkan dokumen tersebut tersita oleh kegiatan pokok. Tapi dengan memanfaatkan teknologi informasi, persoalan waktu dan kesulitan teknis dapat dipangkas sehingga penyusunan dokumentasi administrasi pembelajaran dan dokumentasi soal-soal menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.
    Jadi, pada intinya pelaksanaan pembelajaran yang berbasis ICT yang dalam pemamfaatannya pada kegiatan pembelajaran dapat dikategorikan kedalam empat fungsi utama, antara lain :
1.      Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK atau ICT digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user), baik guru maupun siswa untuk membantu proses pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya.
2.      Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Hal ini diasumsikan bahwa melalui pemanfaatan teknologi guru maupun siswa dapat menjadikan ICT khususnya internet sebagai perpustakaan, menjadikan e-mail sebagai alat komunikasi, menjadikan bulletin board sebagai sarana memperoleh informasi mutakhir dan menjadikan kesempatan chatting  untuk diskusi.
3.      ICT berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan computer yang di mana posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
4.      ICT sebagai wadah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, diterima luas oleh guru daripada alat belajar lain, dan didukung luas oleh administrator, orang tua, politikus, dan masyarakat pada umumnya.

F.     Pengembangan ICT dalam Pembelajaran

    Media pembelajaran berbasis Information Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas anak sebab anak yang mempunyai kreativitas tentunya akan mengalami perkembangan yang baik dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik pula.
    Kreativitas yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengaktualkan dirinya dalam pergaulan dan juga dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini diharapkan agar dengan adanya media pembelajaran atau dengan  menggunakan media pembelajaran berbasis ICT anak dapat kreatif dan berkembang sesuai yang diinginkan.
Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis ICT tak ubahnya merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga terwujudnya kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dalam arti siswa tidak hanya sekedar dimodali teori tentang ICT tapi bagaimana siswa mampu menerapkan penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajarannya. Adapun komponen-komponen tersebut diantaranya siswa, guru, kurikulum, metode, sarana fisik, pengalaman belajar dan media pembelajaran harus bersinergis dengan pemamfaatan ICT yang secara signifikan sering mengalami perkembangan.  Sehingga interaksi berbagai komponen tersebut sejatinya melahirkan kegiatan pembelajaran yang bermuara pada kegiatan belajar siswa yang aktif, kreatif, efektif dan tentu saja, menyenangkan, sehingga siswa merasa betah di kelas dan merasa senang terlibat dalam kegiatan pembelajaran karena setiap pembelajaran dikemas dalam pengembangan ICT.
Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memiliki tiga kedudukan untuk dapat dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu :
a. Peran Tambahan (suplemen)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran melalui ICT atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran melalui ICT. Sekalipun sifatnya hanya proporsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Walaupun materi pembelajaran melalui ICT berperan sebagai suplemen, para dosen /guru tentunya akan senantiasa mendorong, mengggugah, atau menganjurkan para peserta didiknya untuk mengakses materi pembelajaran melalui ICT yang telah disediakan.

b. Fungsi Pelengkap (Komplemen)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran melalui ICT diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui ICT diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

c. Fungsi Pengganti (substitusi)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah para maasiswa mengelola kegiatan pembelajaran/ perkuliahannya sehingga para mahasiswa dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas lainnya dengan kegiatan perkuliahannya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih para mahasiswa, yaitu apakah mereka akan mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan secara (1) konvensional (tatap muka) saja, atau (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet. Alternatif model pembelajaran manapun yang akan dipilih oleh para mahasiswa tidak menjadi masalah dalam penilaian. Artinya, setiap mahasiswa yang mengikuti salah satu model penyajian materi perkuliahan akan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu para mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya. Para mahasiswa yang belajar pada lembaga pendidikan konvensional tidak perlu terlalu khawatir lagi apabila tidak dapat menghadiri kegiatan perkuliahan secara fisik karena berbenturan dengan kepentingan lain yang tidak dapat ditinggalkan atau ditangguhkan. Apabila lembaga pendidikan konvensional tersebut menyajikan materi pembelajaran yang dapat diakses para mahasiswa melalui internet, maka mahasiswa dapat mempelajari materi perkuliahan yang terlewatkan tersebut melalui internet. Hal ini bias saja terjadi apabila para mahasiswa diberi kebebasan mengikuti kegiatan perkuliahan yang sebagian disajikan secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet (model pembelajaran kedua). Di samping itu, para mahasiswa juga dimungkinkan untuk tidak sepenuhnya menghadiri kegiatan perkuliahan secara fisik. Sebagai penggantinya, para mahasiswa belajar melalui internet atau mengikuti pembelajaran yang bersifat e- learning.
    Secara umum, peranan ICT khususnya pembelajaran yang menerapkan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan ICT, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan dengan bantuan ICT.
    Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Dalam proses belajar mengajar konvensional, Guru memiliki keterbatasan dalam mengajar siswa, walaupun masih banyak hal-hal positif juga yang dapat diperoleh darinya. Beberapa keterbatasan itu, diantaranya interaksi yang terbatas karena umumnya kelas diisi banyak siswa. Misalnya dalam PBM selama ini terkendala karena jumlah siswa yang mengikuti kelas mencapai puluhan. Hal ini menjadikan PBM tidak optimal, karena data dan informasi yang tersampaikan kepada siswa tidak maksimal.
Guru dikatakan sebagai figur demokratis yang mengayomi dan membimbing siswanya dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Sehingga guru harus menjadikan dirinya sebagai figur yang dengan cerdas dalam menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, inovatif dan berwawasan teknologi serta membuka peluang-peluang baru bagi siswa untuk berkembang secara mandiri sesuai dengan minat dan potensi yang mereka miliki dan juga memiliki kepekaan dan kemampuan mengadopsi perkembangan teknologi untuk kepentingan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan dan kepekaan terhadap teknologi ini menjadi keniscayaan bagi guru jika guru ingin kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di kelas tidak membosankan bagi siswa. Jika siswa merasa bosan di kelas, maka pencapaian kompetensi yang ingin dicapai pun akan terhambat. Kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang berbasis ICT akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
    Dalam perkembangan teknologi yang berbasis ICT khususnya komputer secara signifikan telah merubah kehidupan masyarakat termasuk cara mereka memperoleh pengetahuan. Di mana ICT khususnya Internet telah menawarkan lautan informasi bagi siswa yang secara independen dapat mereka akses tanpa tergantung lagi pada guru di kelas. Jika guru masih menampilkan diri sebagai figur yang gagap teknologi, maka niscaya mereka akan ketinggalan oleh muridnya baik dari sisi penguasaan informasi maupun komunikasi. Sebab kegiatan pembelajaran akan menjadi tidak menarik di mata siswa jika mereka menemukan gurunya sendiri tidak mampu menerapkan pembelajarannya dengan penerapan ICT atau TIK di dalamnya.
    Oleh karena itu, dalam mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi disetiap kegiatan pembelajaran secara tepat dan optimal maka guru maupun siswa akan memiliki kreativitas dalam berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif,  dan mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, serta mudah beradaptasi dengan perkembangan baru yang dengan cepatnya sering mengalami perkembangan. Sehingga kehadiran teknologi informasi dalam pembelajaran merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, sebab telah menjadi penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persolan pendidikan dan pembelajaran.

G.  Pemamfaatan metode pembelajaran ITC
Pembelajaran matematika dan fisika yang selama ini dianggap sangat ‘menakutkan’ tidak perlu terjadi kalau prosesnya diberikan secara menarik dan menyenangkan oleh guru mata pelajaran tersebut. Misalnya saja dengan menggunakan teknologi komputer, yang saat ini sudah menjadi keharusan penggunaannya di sekolah.
Terbukti dengan model pembelajaran matematika dan fisika dengan ICT – teknologi informasi dan komputer yaitu ‘model Pesona Fisika Pesona Matematika’ yang diterapkan di SMP Negeri 49 Jakarta, siswa justeru tertarik mengikuti kedua mata pelajaran tersebut. Model ini sendiri dirancang khusus oleh para ahli ICT Indonesia.
“Penggunaan ICT dalam proses belajar mengajar di sekolah seperti dalam mata pelajaran fisika dan matematika yang selama ini sangat ditakuti siswa, terbukti siswa sangat tertarik mengikuti pelajaran tersebut,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta Sylviana Murni saat menerima kunjungan pemilik sekolah dari Brunei Darussalam dan Philipina Musa Adnin dan Dr. Jess Ravalo di SMPN 49 Jakarta Timur, Jumat (26/10).
Menurut Sylviana, model pembelajaran Pesona Fisika Pesona Matematika di SMP Negeri yang ada di DKI Jakarta sebenarnya telah diterapkan sejak tahun 2000 lalu. Upaya itu dilakukan untuk menghilangkan kesan menakutkan terhadap dua mata pelajaran eksakta itu sehingga proses pembelajaran kedua mata pelajaran itu lebih menarik dan menyenangkan.
Dia mengakui, bukan rahasia lagi dulu para siswa untuk belajar matematika dan fisika selalu enggan karena metode penyampiannya sangat menjemukan dan guru-gurunya juga membosankan. Di sisi lain, alat peraganya juga seadanya sehingga siswa susah untuk menangkap materinya.
Model ini, tambah Sylviana, telah terbukti mampu meningkatkan hasil hasil Ujian Nasional (UN). Pada tahun ini hasil UN mencapai 99,99. Angka itu naik dari UN tahun 2006 yang mencapai 99,84 dan tahun 2005 sebesar 99,58.
Kepala Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta itu mengemukakan, saat ini media pembelajaran Pesona Fisika dan Matematika sudah digunakan di 164 SMP Negeri dari 288 SMPN di Jakarta dan mulai tahun 2007 diperkenalkan kepada guru dan siswa SD Negeri di 15 sekolah, khususnya untuk rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Musa Adnin mengatakan, dirinya sangat kagum dengan metode pembelajaran Pesona Fisika dan matematika. Saya rasa metode itu bisa digunakan di Brunei dan negara Asia lainnya.

2.     PEMAMFAATAN ICT D BIDANG PENDIDIKAN
·        Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi
Secara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), yaitu “IT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to manage information and aid communication”. Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: “ICT generally relates to those technologies that are used for accessing, gathering, manipulating and presenting or communicating  information. The technologies could include hardware e.g. computers and others devices, software applications, and connectivity e.g. access to the internet, local networking infrastructure, and  video conferencing”.
Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop, network komputer, printer, scanner, video/DVD player,  kamera digital, tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:
·         piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi
·         mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
·         perangkat proyektor / LCD
·         LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
o    Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
·         mesin komputer dan robot
Sejatinya TIK memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, dan sebagai infrastruktur.
UNESCO telah mengidentifikasi  4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :
1) Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)
2) Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)
3) Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).
4) Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.
Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: “Open learning is a primarily a goal. An essential characteristics of open learning is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study in their own time, at any place and without face-to-face contact with a teacher. Flexible learning is the provision of learning in a flexible manner”.
PTJJ merupakan alternatif model dalam  proses pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk belajar “kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.
·        Kebijakan Pemanfaatan TIK Pendidikan
·        Tantangan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional memiliki banyak tantangan baik dari sisi input, proses maupun output. Beberapa tantangan pendidikan nasional tersebut adalah sebagai berikut:
·         Banyak anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun. Anak usia 7 – 12 tahun masih dibawah 80% yang telah menikmati pendidikan (APK SMP 85,22, dan APK SMA 52,2).
·         Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki telepon, apalagi koneksi internet.
·         Tidak seragamnya dan rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kelulusan Ujian Nasional dan nilai Ujian Nasional.
·         Rendahnya jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta ( PTN – 82 dan PTS – 2.236 (Dikti,2003))
·         Rendahnya daya tampung dan tingkat partisipasi kuliah (Daya tampung sekitar 3,2 juta mahasiswa dengan tingkat partisipasi  12.8%. Padahal, Filipina mencapai 32% dan Thailand telah mencapai 30%.
·         BAN sebagai penentu kualitas pendidikan menginformasikan bahwa hampir 50% pendidikan tinggi berakreditasi C (46,35% program diploma dan 47.97% PTN dan PTS).
·         Rendahnya Tenaga Pengajar Non Formal (PLS). Kebutuhan guru PLS mencapai angka 519.790 orang. Sementara  yang ada hanya sebesar 113.622 orang  atau 22%. Sehingga diperlukan 406.168 guru atau 78%.  (PMPTK 2006).
·         Rendahnya tenaga pendidik yang belum memenuhi syarat sertifikasi (dari  2.692.217 orang guru yang ada, 727.381 orang (27%)  memenuhi syarat sertifikasi, sisanya 1.964.836 (73%) belum memenuhi syarat sertifikasi.
·         Berdasarkan survey HDI th 2005, Indonesia menduduki ranking 112 dari 175 negara (jauh berada di bawah Malaysia dan Bangladesh).
·         Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah/kampus (Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi dimana tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK.  Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan pemanfaatannya masih belum optimal.
·        Peran Strategis TIK untuk Pendidikan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pemanfaatan TIK dalam pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh  bahwa “(1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler, (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi sistem pendidikan jarak jauh telah menjadi suatu inovasi yang berarti dalam dunia pendidikan nasional. Sistem pendidikan jarak jauh yang dimulai dengan generasi pertama korespondensi (cetak), generasi kedua multimedia (Audio, VCD, DVD), generasi ketiga pembelajaran jarak jauh (telekonferensi/TVe), generasi keempat pembelajaran fleksibel (multimedia interaktif) dan generasi kelima e-Learning (web based course), akhirnya generasi keenam pembelajaran mobile (koneksi nirkabel/www).
Seperti tercantum secara eksplisit dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009, terlihat jelas bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga pilar kebijakan pendidikan nasional, yaitu:(1) perluasan dan pemerataan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, akuntabel, murah, merata dan terjangkau rakyat banyak.
Dalam Renstra Depdiknas 2005 – 2009 dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik,  peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi manajemen secara terintegrasi.
·        Infrastruktur Jaringan dan Konten TIK Depdiknas
Depdiknas telah memiliki infrastruktur backbone teknologi informasi dan komunikasi yang cukup besar dan siap untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya baik untuk kebutuhan pendidikan, penelitian, maupun adminisitrasi.
Jardiknas dikategorikan kedalam tiga zona, yaitu:
·         Zona Personal/Komunitas; yang diperuntukkan sebagai akses personal bagi  guru, dosen, dan siswa.
·         Zona Perguruan Tinggi; yang diperuntukkan bagi seluruh Perguruan Tinggi dan Kopertis; dan
·         Zona Kantor Dinas/UPT/Sekolah; diperuntukkan bagi sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Unit-unit Kerja Depdiknas.
Infrastruktur ini akan diisi oleh konten yang dikelompokkan dalam dua ketegori yaitu:
·         Kontent e-learning; konten e-learning dapat meliputi konten yang dikembangkan oleh Pustekkom, Ditdikdasmen, Ditjen Dikti, Setjen, atau unit-unit lain.
·         Konten e-administration; e-content administration meliputi online transaction proccessing (OLTP), data center warehouse (DCW) dan online analysis processing (OLAP)
·        Pembelajaran Berbasis TIK (e_Learning)
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer), sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Pembelajaran berbasis TIK atau e-Learning adalah sumber pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti Internet, Intranet, CDROM, video tape, DVD, TV, Handphone, dan PDA
Pola-pola seperti di atas semua berbeda satu dengan yang lain. E-learning lebih luas dibandingkan dengan online learning. Online learning hanya menggunakan Internet/intranet/LAN/WAN tidak termasuk menggunakan CD ROM.
Dalam pembelajaran berbasis TIK terdapat perbedaan komunikasi antara pembelajaran langsung (syncronous) dan tidak langsung (ansyncronous), dengan sebuah terminologi untuk mendeskripsikan bagaimana dan kapan pembelajaran berlangsung.
·        Pembelajaran Langsung (Syncronous Learning)
Dalam pembelajaran langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dalam waktu yang sama (real time) walaupun pendidik dan para peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh yaitu:
1. Mendengarkan siaran Radio.
2. Menonton siaran Televisi
3. Konferensi audio/video.
4. Telepon Internet.
5. Chatting
6. Siaran langsung Satelite dua arah.
·         Pembelajaran Tidak Langsung (Ansyncronous Learning)
Dalam pembelajaran tidak langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dengan adanya delay waktu (waktu yang berbeda) dan pendidik dan peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda. Sebagai contoh yaitu:
1. Belajar sendiri menggunakan internet atau CD-Rom.
2. Kelas belajar menggunakan video tape.
3. Presentasi web atau seminar menggunakan audio/video.
4. Rekaman suara.
5. Mentoring tanya jawab.
6. Membaca pesan e-mail.
7. Mengakses content online
8. Forum diskusi
Karakteristik dari pembelajaran tidak langsung (ansyncronous) adalah pendidk harus mempersiapkan terlebih dahulu materi belajar sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Peserta didik bebas menentukan kapan akan mempelajari materi belajar tersebut.
Contoh TIK yang digunakan dalam komunikasi pembelajaran secara syncronous dan asyncronous sebagai berikut:
Asyncronous Learning
Syncronous Learning
Fax
Telephone
E-Mail
Screen Sharing
Knowledge Base
Chat
Newsgroups
Web conferences
Computer Based Training
Online Seminar
Quick Reference Guide
Compressed video classes


Sedangkan karakteristik e-learning dapat dikemukakan sebagai berikut:


Karakteristik
Penjelasan
Non-linearity
Pemakai (user) bebas untuk mengakses (browse) tentang objek pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai.
Self Managing
Pemakai dapat mengelola sendiri prosespembelajaran dengan mengikuti struktur yangtelah dibuat.
Feedback-Interactivity
Pembelajaran dapat dilakukan dengan interaktifdan disediakan feedback pada prosespembelajaran.


·        Standarisasi Pendidikan Berbasis TIK dari SEAMOLEC
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 35, menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standarisasi pendidikan mutlak diperlukan untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan. Pada dasarnya SNP merupakan persyaratan minimum yang ditetapkan UU, namun secara teknis diperlukan perumusan standar mutu dalam sistem pendidikan seperti Sistem Manajemen Mutu – ISO 9001:2008 / IWA 2.
McGee, Carmean dan Jafari (2005) menyatakan pentingnya standard dan spesifikasi dalam pendidikan berbasis TIK, karena memungkinkan terjadinya pembelajaran sebagai berikut: 1) Interoperability, sistem berinteraksi dengan sistem lain dalam organisasi, 2) Reusability, sumber / objek belajar mudah digunakan dalam kurikulum, latat, profil peserta didik yang berbeda, 3) Manageability, sistem telusur informasi tentang peserta didik dan konten, 4) Accessibility, semua peserta didik memiliki kemudahan menerima konten setiap saat, dan 5) Sustainability, teknologi terus berkembang sesuai standar untuk menghindari keusangan.










BAB III
PENUTUP

          Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat telah merambah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk menyentuh dunia pendidikan. Karena itu, sekolah dan guru tidak dapat mengelak dari trend ini hanya karena persoalan anggaran atau pun persoalan keterbatasan akses dan wawasan (SDM). Satu hal yang harus dilakukan adalah melangkah maju dan menceburkan diri tanpa ragu ke dalam arus teknologi ini untuk kemajuan dunia pendidikan terutama dalam kegiatan pembelajaran.
          Guru sejatinya memberi contoh kepada siswa bahwa penerapan teknologi yang dalam hal ini ICT merupakan suatu keniscayaan yang sedang dihadapi, sehingga penguasaan teknologi informasi dan komunikas dalam dunia pendidikan adalah sesuatu yang harus direbut oleh siswa. Sehingga pemanfaatan teknologi infomasi dan komunikasi dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran perlu diusahakan oleh guru sesuai dengan kemampuan masing-masing sekolah dan guru bersangkutan guna menunjang anak agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada.
          Di sisi lain, meskipun dalam pemamfaatan ICT dalam pembelajaran sering memunculkan berbagai hambatan seperti keterbatasan fasilitas ICT maupun SDM dalam memfungsikan penerapan teknologi informasi dan komunikasi di setiap kegiatan pembelajaran. Namun, hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan cara (1) membenahi setiap lembaga persekolahan sebagaimana isi UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan PP 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang merupakan beberapa instrumen pemerintah untuk mengimplementasikan ICT atau TIK untuk menunjang mutu pendidikan dan (2) mengadakan pelatihan guru dalam pembelajaran berbasis ICT yang merupakan suatu langkah awal yang harus dilakukan. Dan tentu saja, sosialisasi tentang penggunaan ICT ini harus gencar dilakukan. Karena itu, sekolah dan guru harus memprioritaskan penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam skala prioritas sebab dengan hadirnya teknologi informasi komunikasi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan merupakan penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persolan pendidikan khususnya dalam kegiatan pengajaran.